Postingan

PELARIAN

Lari Berlari Ombak tinggi kehidupan siap menghantamku dari belakang Lari bukanlah jawaban Tetapi lari terkadang menjernihkan pikiran Entah lari kemana Untuk menjenguk kebelakang pun enggan Aku hanya berlari Berlari saja Tanpa tujuan  Bukan tanpa tujuan Bukan tanpa harapan Bukan tanpa mimpi Maupun tanpa hati Aku hanya butuh jawaban Jawaban lebih baik Jawaban yang membuatku yakin Entah kapan jawaban itu akan menghalangiku dan membuatku terhenti Dimataku Hanyalah hampa Kehampaan itu yang ada di tiap langkah kakiku Jejak kekosonganpun mengikuti pelarianku Pelarian yang kosong

DIAM DALAM BINGUNG

Terdiam, lelaki berumur kepala 3 ini tetap diam. Ditengah puncak kesuksesannya dan karirnya yang sesuai harapan, ia masih terdiam. Ia adalah seorang pemilik kedai ternama di daerah itu. Ia juga seorang musisi yang ia tekuni sebagai pekerjaan sampingannya. Sesekali ia teringat masa mudanya yang dipenuhi perjuangan. Danre adalah seorang laki-laki keturunan Jawa-Sumatera. Keluarganya pun bukan berasal dari keluarga yang susah, ya... ekonomi kelas menengah keatas. Ia melalui masa pendidikan yang sama seperti pada umumnya. Semasa pendidikannya, ia adalah salah satu orang yang “cerdas”. Entah Danre tidak menyadarinya atau tidak mengakuinya. Di puncak karirnya itu, ia diam merenung. Ia duduk di meja kayu balkon rumahnya. Sesekali istri dan anaknya mengecek Danre di balkon. “ Kamu kenapa? ” “ Ayah ngapain? “ Dengan jawabannya yang relatif sama, dan dengan gayanya yang sedikit menutupi kecemasan. Dengan senyumnya ia menjawab. “ Aku gapapa, lagi mikirin inovasi kedai aja “ Padaha

PILIH

Seseorang pernah berbincang padaku Mencoba meyakinkanku Tentang apa yang akan terjadi kedepannya Seakan sudah tahu semuanya Aku hanya diam mendengarkan Bukan maksud merendahkan Memang hidup hanya ada dua pilihan Menjadi kaum yang dominan Atau yang dipinggirkan Hak kita untuk memilih lahan Membiarkan mereka mengambil tempat Atau memperluas sampai berkarat Tenang Akan ku buat senang Mungkin belum mengenal Akan kucoba untuk tak binal Akan aku cari Jalan yang tak ngeri

SEMPIT

Ruang ini sempit Hanya kita berdua Seakan sudah semuanya Aku menghadap jendela Posisi dudukmu yang kau bela Bukan mencoba pelit Ada pintu yang harus kau buka Diluar ruangan ini masih ada Masih ada dunia Aku sudah melihatnya Setidaknya melalui jendela Tolong buka pintunya Agar kau lihat dunia Setidaknya Kau tidak menganggapku fana

TUNGGU

Sibukmu Tak selalu menunggu Berharap ia pulang Membawa harapan Aku menunggu Tak berharap ku pulang Membawa harapan? Sepertinya tidak Ia ditunggu Olehnya para penunggu Mengarah tempat yang dituju Apakah aku ditunggu? Olehmu yang selalu duduk Duduk di selasar teras depan rumahmu Tunggu saja Mungkin aku kan pulang Tapi jangan berharap aku membawa sesuatu Mungkin aku hanya membawa senyuman Senyuman tulusmu

BERULANG

Malam itu.... Tidak! Pagi itu.... Ah terserah Saat itu, Aku terbangun Seperti tepat 20 tahun yang lalu Di hari itu, Di jam itu, Di menit itu, Di detik itu, Aku bernostalgia Seakan-akan seeorang mengingatkanku saat pertama kalinya Saat pertama kalinya aku terdiam Sampai saat ini aku terdiam Sama saja seperti hari-hari biasanya Tanggal itu menurutku biasa saja Tak ada yang spesial bagiku Semua hal berputar-putar Mengikuti poros yang sama Titik yang sama Seperti rasa "kreativitas" yang mulai hilang Senja yang dilihat warnanya Bukan esensinya Semua berputar saja Sepertinya sama saja Hari-hari yang ada

SELAMAT DATANG!

Selamat datang di puncak awan ... Bagaimana perjalananmu? ... Lancar? ... Kuharap baik-baik saja ... Rombonganmu sudah komplit? ... Hmm, hanya memastikan ... Padahal, baru saja aku mau turun membantumu ... Yah, yang penting kamu selamat sampai sini ... Yasudah deh, setidaknya aku tidak kepikiran ... Baiklah, aku akan turun lagi ... Pastikan kamu selamat saat turun nanti